Relasi Perempuan dan Laki-laki dalam Toxic Relationship pada Film Posesif (2017)
Film tidak hanya sebagai media hiburan untuk melepas penat, tetapi juga bisa menjadi media pembelajaran bagi penontonnya. Setiap film pasti memiliki nilai atau pesan yang ingin disampaikan ke orang-orang. Pesan tersebut sering kali dimunculkan lewat penggambaran alur, dialog antar tokoh, pemilihan tone warna film, setting tempat, hingga properti yang dipakai. Di akhir film, penonton sendirilah yang akan mencermati apa pesan yang terkandung di dalamnya. Salah satu tema yang mulai banyak diperhatikan dalam dunia perfilman ialah toxic relationship.
Film Posesif pertama kali dirilis pada tanggal 26
Oktober 2017. Film yang disutradari oleh Edwin ini berdurasi 1 jam 42 menit.
Naskah film digarap oleh Gina S. Noer yang mengangkat tema toxic relationship. Film Posesif bercerita tentang dua anak SMA
yang menjalin hubungan asmara. Tokoh utama dalam film ini yaitu Yudhis yang
diperankan oleh Adipati Dolken dan Lala yang diperankan oleh Putri Marino.
Cerita bermula ketika Lala dan Yudhis tidak sengaja bertemu di ruang guru. Lala
berkenalan dengan Yudhis si murid baru hingga hubungan mereka semakin dekat dan
akhirnya berpacaran.
Masa-masa awal pacaran terasa manis dan indah hingga
lama kelamaan sifat posesif Yudhis muncul dan membuat Lala merasa tidak nyaman.
Pemuda itu membatasi kegiatan Lala yang tengah mempersiapkan kompetisi loncat
indah, tidak suka melihat Lala berhubungan dengan dua sahabatnya, dan
berkali-kali menghubungi Lala bila mereka tidak bertemu. Hubungan Lala dengan
dua sahabatnya pun jadi merenggang. Sehari-hari hanya ada Yudhis yang
menemaninya. Sebagai cinta pertama, Lala awalnya memaklumi tingkah posesif
pacarnya. Namun, Yudhis mulai berani melakukan kekerasan ketika Lala tidak
sependapat atau melawan ucapannya. Keberadaan Yudhis yang awalnya mewarnai
hari-hari Lala dengan perlahan mengubah gadis itu menjadi sosok yang lain.
Sejak berpacaran dengan Yudhis, Lala jadi lebih berani
menentang ayahnya, menjaga jarak dari kedua sahabatnya, hingga kehilangan fokus
untuk berlatih loncat indah. Di sepanjang cerita ditampilkan bagaimana sebuah
peracaan cinta yang berlebihan dapat merugikan individu tersebut. Film Posesif
berusaha menyampaikan pesan kepada para penonton mengenai seperti apa hubungan
percintaan yang tidak sehat itu. Ada banyak adegan yang menampilkan perilaku toxic meliputi kekerasan yang dilakukan
oleh Yudhis kepada Lala. Melalui film bergenre romance-suspense ini, penonton diperlihatkan sisi gelap dari
hubungan pacaran yang mana melibatkan rasa posesif dan berujung pada tindak
kekkerasan
Pacaran merupakan hubungan yang dibangun atas dasar
rasa cinta antara dua individu. Pasangan tersebut saling mencurahkan perhatian
dan kasih sayang, saling mendukung, saling terbuka, dan saling memahami. Namun,
tidak jarang di dalam hubungan pacaran, pasangan mengalami suatu hambatan atau
masalah. Strenberg dalam
Di film Posesif ditampilkan adegan pertemuan Lala dan
Yudhis yang bermula dari bertemu di ruang guru lalu dihukum bersama. Keduanya
jalan bersama dan saling mengenal satu sama lain. Seiring berjalannya waktu,
mereka merasa nyaman dan tumbuh benih-benih cinta. Keduanya pun akhirnya
berpacaran.
Menurut Erich Fromm
Salah satu adegan di film Posesif menunjukkan Yudhis
yang mengungkit pengorbannya dalam hubungan yang dia jalani bersama Lala.
Yudhis kesal karena Lala jadi jarang meluangkan waktu untuknya karena sibuk
mempersiapkan kompetisi loncat indah. Yudhis tidak terima karena hanya dirinya
yang memberikan segalanya dalam hubungan, sementara Lala tidak. Potongan adegan
tersebut menunjukkan bagaimana Yudhis mengungkit hal yang dia ‘korbankan’ demi
pacarnya dan secara tersirat menuntut Lala untuk melakukan hal yang sama. Berdasar
pemahaman Erich Formm bahwa cinta sebagai tindakan yang aktif, cinta seharusnya
tidak menuntut. Seseorang melakukan sesuatu karena didasari oleh perasaannya
sendiri, bukan mengharap balasan dari pasangannya bahkan sampai menjadikannya
tekanan.
Menurut Erich Formm
a. Perhatian
Dua individu dalam relasi pacaran saling mendukung satu sama lain, saling memahami, dan saling mendorong perubahan pasangan ke arah yang lebih baik. Sikap perhatian yang positif tidak membatasi atau mengekang pasangan, tidak pula mendominasi karena pasangan bukan objek.
b. Tanggung jawab
Tindakan ini bersifat suka rela dan berarti individu dengan sadar merasa dapat menyanggupi. Sikap ini mengacu pada kebutuhan psikologis orang lain.
c. Rasa hormat
Rasa hormat merupakan kemampuan seseorang untuk
melihat orang lain sebagai individu yang utuh. Rasa hormat juga berarti
memahami bahwa pasangan juga perlu bertumbuh dan mengembangkan potensi diri.
Seseorang yang memiliki rasa hormat pada pasangannya berarti memahami bahwa
individu perlu berkembang demi dirinya sendiri dan tidak menuntut pasangannya
untuk selalu melayani.
Berdasar dari unsur cinta yang dikemukanan Strenberg,
hubungan pacaran harusnya bersifat timbal balik. Pasangan saling mendukung dan
memberikan perhatian dan rasa nyaman dengan sewajarnya. Namun, tidak jarang di
dalam suatu relasi ada tindakan-tindakan pasangan yang menimbulkan rasa tidak
aman dan nyaman. Hubungan yang tidak sehat itu disebut toxic relationship. Toxic
relationship merupakan hubungan yang tidak menyenangkan dan memberikan
kerugian atau dampak buruk bagi yang menjalaninya. Hubungan yang toksik terlihat
baik-baik saja di luar, tetapi di dalamnya terdapat masalah. Tanda-tanda yang
muncul dalam toxic relationship ialah
adanya perasaan tidak bahagia, kemarahan, frustasi, dan gangguan yang dilakukan
pada pasangannya
Hubungan Yudhis dan Lala yang diperlihatkan dalam film
Posesif semula indah, tetapi perlahan berubah menjadi toxic sejak Yudhis mulai sering mengirim banyak pesan dan telepon
bila Lala tidak langsung membalasnya, membatasi pertemanan Lala dengan Ega dan
Rino, dan perlakuan-perlakuan Yudhis yang mengontrol kehidupan Lala.
Pada salah satu scene,
Yudhis dan Lala terlibat pertengkaran karena Lala keluar bersama sahabat
cowoknya tanpa memberi tahu Yudhis. Yudhis tidak terima pacarnya berinteraksi
dengan laki-laki lain. Cowok itu bahkan berulang kali menelepon Lala bahkan
menghampiri ke tempat pacarnya bermain. Untuk pertama kalinya, Yudhis melakukan
kekerasan fisik pada Lala dengan menjambak kasar rambut kekasihnya. Tidak hanya
itu, Yudhis juga memarahi dan membentak Lala yang mana termasuk dalam bentuk
kekerasan verbal. Tindakan kasar Yudhis hanya karena Lala keluar dengan teman
laki-lakinya menunjukkan tanda keposesifan.
Sikap posesif muncul karena adanya rasa tidak ingin
kehilangan sosok yang dicintai. Ketika seseorang menjalin hubungan, dia tidak
ingin ada orang luar yang mengacaukan hubungannya sehingga dia harus menjaga
pasangannya. Namun, rasa takut kehilangan yang berlebihan itu dapat berujung
buruk bila individu tersebut tidak bisa mengendalikan antara perasaan dan
logikanya. Hal yang perlu diperhatikan dalam hubungan romansa ialah dua orang
yang saling berpacaran itu tetap memiliki kehidupannya masing-masing. Menjadi
pasangan tidak berarti seseorang berhak untuk membatasi aktivitas pasangannya.
Rasa ingin mendominasi dan memiliki inilah yang kemudian mengarah pada perilaku
posesif. Semakin lama dibiarkan, sikap posesif dapat mengacaukan kondisi
psikologis seseorang bahkan bisa berakhir dengan tindak kekerasan
Data dari catatan tahunan KOMNAS Perempuan
Di sepanjang alur cerita, perilaku toxic Yudhis perlahan muncul. Yudhis tidak
hanya melakukan kekerasa pada pacarnya, tetapi juga orang-orang di sekitar Lala
yang dirasa mengganggu. Seperti Rino, sahabat Lala, yang sengaja ditabrak
Yudhis ketika mengendarai motor di malam hari. Penyebab Yudhis melakukan
tindakan tersebut karena tersulut rasa cemburu mengetahui Rino mengirim pesan
pada pacarnya. Besok paginya, Yudhis menggunakan mobil yang berbeda karena
mobil miliknya penyok. Dia tidak berterus terang penyebab mobilnya jadi penyok
kepada Lala.
Ada pula scene
lain yang menampilkan Yudhis sengaja mengarahkan laser ke wajah rekan atlet
Lala agar dia kehilangan fokus saat meloncat indah. Ketika Yudhis didatangi
oleh ayah Lala selaku pelatih, Yudhis tidak mengakui perbuatannya dan
menyembunyikan senter yang tadi dia pakai. Hubungan Lala dan ayahnya memang
tidak begitu dekat. Mereka hanya tinggal berdua karena ibunya sudah meninggal. Ayah
Lala selalu menekan anaknya agar bisa menjadi atlet loncah indah yang professional.
Kurangnya penerimaan dan perhatian sang ayah terhadap Lala membuat gadis itu
mencari sumber kasih sayang dari orang lain dan dia mendapatkannya dari sosok
Yudhis. Cowok itu amat menyayangi Lala meski terkadang sikap posesifnya
berlebihan.
Banyak perempuan yang masih bertahan dengan
pasangannya sekalipun mereka berulang kali disakiti. Mereka terjebak dalam
hubungan toxic dan cenderung sukar
untuk keluar. Perempuan beranggapan bahwa pasangan mereka bisa berubah lebih
baik. Selain itu, faktor yang membuat perempuan tetap bertahan karena mereka
menyayangkan bila hubungan yang telah lama terjalin harus berakhir
Dalam penelitian yang dipaparkan pada
1. Karakter si perempuan
Beberapa perempuan dengan kepribadian tertentu lebih memilih bertahan dan menoleransi tindak kekerasan. Perempuan yang seperti itu merupakan sosok yang memiliki kepercayaan diri rendah dan cenderung suka menyalahkan dirinya sendiri. Perempuan yang memiliki self-esteem rendah juga cenderung bertahan dalam hubungan toksik sebab mereka berpikiran kalau mereka tidak bisa melakukan sesuatu yang lebih baik selain menjalin hubungan dengan pasangannya. Individu dengan penghargaan diri yang rendah artinya dia juga memiliki kekuatan dan kontrol diri yang rendah. Oleh karena itu, mereka lebih memilih bertahan menghadapi kekerasan di dalam hubungan percintaan.
2. Kekerasan di masa kecil
Gelles (1979) dalam
Tidak hanya perempuan, laki-laki juga bisa menjadi korban dari hubungan yang toxic. Toxic relationship biasanya terus berulang meski tidak disadari oleh individu tersebut. Hal ini terlihat dari adegan yang menampilkan Mama Yudhis memperlakukan anaknya dengan kekerasan seperti mencekik, menendang, menjambak, dan melempar pakai sepatu. Rupanya yang melatar belakangi sikap toxic Yudhis kepada Lala berasal dari perlakuan yang selama ini diterima Yudhis dari mamanya. Sang Mama membesarkan Yudhis seorang diri dengan pengasuhan yang toxic. Mamanya sangat posesif kepada anaknya, bahkan mengatakan bahwa yang mencintai Yudhis hanya dirinya, tidak ada orang lain. Setiap kali Mama melakukan kekerasan pada Yudhis, setelahnya dia akan merasa menyesal dan meminta maaf. Yudhis tumbuh dengan pemahaman bahwa melibatkan kekerasan dalam hubungan merupakan hal yang biasa sehingga dia pun menerapkan pemahaman tersebut saat berpacaran dengan Lala.
3. Model investasi
Model investasi terdiri dari kepuasan, kualitas alternatif, dan tingkat komitmen. Model ini dicetuskan oleh Rusbult yang bertujuan untuk menentukan seberapa besar seseorang mampu bertahan dalam hubungannya. Model investasi dapat berlaku untuk hubungan yang sehat maupun toksik.
a) Kepuasan
Frekuensi tindak kekerasan dan keseimbangan perlakuan yang positif berkontribusi terhadap tingkat kepuasan dalam hubungan. Sering kali, pelaku kekerasan bersikap lembut dan baik di beberapa kesempatan yang kemudian menjadikan tindak kekerasannya tidak tampak begitu buruk. Kekerasan kecil yang dilakukan berulang dianggap tidak terlalu bermasalah. Perempuan yang jarang menerima kekerasan dari pasangannya akan lebih lama bertahan dalam hubungannya.
b) Kualitas alternatif
Kualitas alternatif merujuk pada bagian mana dari
kebutuhan individu yang bisa dipuaskan di luar dari hubungan yang saat ini
dijalani. Seseorang yang punya tingkat kepuasan hubungan yang tinggi cenderung
punya kualitas alternatif yang rendah sehingga dia memilih tetap berada di
hubungan yang dia jalani, sementara seseorang yang tingkat kepuasan hubungannya
rendah akan memiliki kualitas alternatif yang tinggi. Dengan demikian, orang
tersebut bisa meninggalkan hubungannya dengan penuh kesiapan. Contohnya seperti
perempuan yang punya menghasilan sendiri, mandiri, punya jenjang pendidikan
atau karir yang bagus, serta dukungan dari orang-orang tidak segan untuk pergi
dari hubungan yang dirasa tidak layak. Berbeda dengan perempuan yang belum
punya penghasilan pribadi, tidak memiliki orang-orang yang mendukungnya, dan
tingkat pendidikan rendah yang berarti mereka punya kualitas alternatif rendah
sehingga mereka cenderung bertahan di hubungan yang diliputi kekerasan.
Unsur ini bisa ditemui pada adegan ketika Lala meminta putus dari Yudhis setelah dia dicekik hingga kesakitan. Beberapa waktu setelahnya, Yudhis menata banyak balon penguin dan balon huruf bertuliskan ‘Maaf’ di rumah Lala. Lala merasa goyah dengan perasaannya dan menghampiri Yudhis ke rumahnya pada malam hari. Keduanya kabur bersama mengendarai mobil. Di usia yang belasan tahun, keduanya belum menyadari bahwa hubungan yang mereka jalani sebenarnya toxic. Baik Yudhis dan Lala tidak memiliki kualitas alternatif yang mendorong mereka untuk lepas dari toxic relationship. Mereka hanya anak sekolah yang sedang jatuh cinta, belum bisa menghasilkan sesuatu dari kemampuannya sendiri, dan masih hidup di bawah pengasuhan orangtua. Di pemikiran Lala, hanya Yudhis yang selama ini memahami dan selalu ada untuknya. Maka, bagaimana pun kondisinya, Lala ingin mempertahankan hubungannya dengan cowok tersebut.
c) Komitmen
Tingkat komitmen mengarah pada bagaimana seseorang
terikat pada sebuah hubungan dan berusaha mempertahannya. Jika suatu pasangan
menjalin hubungan begitu lama bahkan hingga memiliki anak, maka tingkat
komitmen mereka dinilai tinggi. Hal tersebut menjadikan perempuan semakin susah
untuk lepas dari hubungan. Semakin tinggi tingkat komitmen hubungan yang
dijalani, semakin sedikit perempuan yang jadi korban kekerasan untuk keluar
dari toxic relationship.
Yudhis dan Lala telah berbuat banyak hal selama mereka
berpacaran. Itu yang menjadikan mereka sulit untuk lepas dari hubungan yang
makin tidak sehat. Lala telah berulang kali mendapat perlakuan buruk dan
kekerasan dari Yudhis, tapi gadis itu tetap kembali lagi sebab dia berpikiran
Yudhis membutuhkan dirinya dan hanya dia yang bisa mengubah pacarnya lebih baik.
Salah satu faktor lainnya yang menjadikan perempuan
kebanyakan menjadi korban kekerasan ialah karena budaya patriarki yang mengakar
di masyarakat Indonesia. Pemahaman patriarki menyakini bahwa laki-laki
merupakan sosok yang lebih berkuasa dan dominan dibanding perempuan
Perlakuan toxic
saat berpacaran terkadang tidak disadari oleh pelaku maupun korban, padahal
bila hal tersebut terus terjadi akan mempengaruhi kesehatan mental dan fisik si
korban. Perempuan yang kebanyakan menjadi korban toxic relationship menganggap sikap kasar pasangannya terjadi
karena sedang ada masalah dan merasionalisasi sikap tersebut. Adanya perasaan
terlanjur sayang kadang kala menjadikan seorang perempuan tidak bisa lepas dari
toxic relationship. Pelaku toxic relationship memanipulasi pikiran
pasangannya agar mereka tidak berpisah. Ketika sosok manipulatif meminta maaf,
mereka akan menunjukkan bahwa mereka begitu menyesal dan memohon ampun. Ketika
si pasangan telah memaafkannya, mereka akan kembali mengulangi perbuatannya. Pola
tersebut terus berulang yang menjadikan perempuan susah lepas dari toxic relationship karena selalu dibuat
luluh oleh perlakuan manis pasangannya.
Sikap manipulatif terdapat pada karakter tokoh Yudhis.
Setiap perkataan dan tindakannya, dia selalu berusaha membuat Lala menurut dan
setuju dengan apa yang dia mau. Setiap Yudhis melakukan kekerasan pada Lala,
dengan cepat dia merasa sangat menyesal dan memohon agar tidak diputuskan. Seperti
ketika Yudhis meminta maaf setelah dia membentak dan menjambak rambut Lala,
mengirim balon huruf bertuliskan ‘Maaf’ setelah dia melontarkan kalimat yang merendahkan
dan mencekik Lala. Setiap Lala memaafkan dirinya, Yudhis kembali mengulangi
perbuatannya. Perempuan tidak jarang terjebak dalam hubungan beracun karena
termakan ucapan manis saat pasangannya meminta maaf. Seorang manipulatif tidak
segan memberi hadiah dan menunjukkan afeksi berlebih asal mereka bisa
mendapatkan apa yang mereka mau.
Penelitian yang dilakukan oleh
Menjelang akhir film ditunjukkan bahwa Yudhis menyuruh
Lala untuk pergi karena tidak mau kekasihnya terus terikat dengan dirinya. Yudhis
juga menyadari kalau dia sulit mengendalikan emosi dan manipulatif. Meski,
telah disuruh pergi oleh Yudhis, Lala justru memilih bertahan. Pada akhirnya,
Yudhis meninggalkan Lala tanpa sepengetahuan ketika gadis itu membersihkan diri
di toilet umum. Lala pun kembali pulang ke rumah dan menangis di pelukan
ayahnya. Setelah berakhirnya hubungan mereka, Lala kembali menjalai
kehidupannya seperti semula. Dia kembali berlatih loncat indah, hubungan dengan
ayahnya membaik, dan kembali dekat dengan kedua sahabatnya. Kilasan adegan Lala
yang lebih bersemangat dan baik selepas putus dari Yudhis menandakan bahwa
toxic relationship yang selama ini dijalaninya hanya memberikan kesedihan dan
rasa sakit.
Film Posesif memberi banyak pesan tentang memahami
batasan saat berpacaran, menghargai diri sendiri, dan tidak menggantungkan
sesuatu pada orang lain. Menyerahkan segalanya pada hubungan pacaran adalah
tindakan yang keliru. Ketika seseorang mencintai dengan tulus, dia akan menghormati
pasangannya sebagai individu yang utuh, bukan suatu objek yang bisa dia
kendalikan.
Referensi
Apriantika, S. G.
(2021). KONSEP CINTA MENURUT ERICH FROMM; UPAYA MENGHINDARI TINDAK KEKERASAN
DALAM PACARAN . Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi Vol 13 No 1, 51.
Arifin, I. P.,
& Nurchayati. (2023). Self-Worth pada Perempuan yang Pernah Terlibat Toxic
Relationship. Character : Jurnal Penelitian Psikologi Vol. 10, No.02,
46.
Fadhilah, E. A.,
Arjawa, I. S., & Mahadewi, N. S. (2016). PERILAKU POSESIF DALAM GAYA
BERPACARAN DI KALANGAN REMAJA KOTA DENPASAR. Garuda, 2.
Fadilah, A. N.,
Kuniasari, N. D., & Quraisyin, D. (n.d.). Relasi Gender dalam Hubungan
Pacaran (Studi Relasi Gender dalam Proses Komunikasi pada Remaja yang
Berpacaran di Bangkalan). Neliti.com, 98.
Hamilton, A.
(2017). UNDERSTANDING THE EXPERIENCES OF WOMEN WHO STAY IN ABUSIVE
RELATIONSHIPS . Thesis, 7.
Lestari, P. P.,
Abidin, Z., & Abidin, F. A. (2022). Bentuk Kekerasan dalam Berpacaran (KDP)
dan Dampak Psikologisnya pada Wanita Dewasa Awal sebagai Korban Kekerasan. Martabat:
Jurnal Perempuan dan Anak Vol. 6 No. 1, 69.
Mayasari, A., &
Rinaldi, K. (2017). Dating Violence Pada Perempuan (Studi Pada Empat Perempuan
Korban Kekerasan Dalam Hubungan Pacaran Di Universitas X). Sisi Lain Realita
Vo. 2 No. 2, 77.
PEREMPUAN, K.
(2023, Maret 7). Lembar Fakta Catatan Tahunan Komnas Perempuan Tahun 2023
Kekerasan terhadap Perempuan di Ranah Publik dan Negara: Minimnya Pelindungan
dan Pemulihan. Retrieved from Komnas Perempuan:
https://komnasperempuan.go.id/download-file/949
Septiana, R., &
Dr. Sunarto. (2019). Representasi Kekerasan terhadap Perempuan dalam Berpacaran
pada Film Posesif. Interaksi Online, vol. 8, no. 1, 60.
Yani, D. I., Radde, H., & Gunawan HZ, A. (2021). Analisis Perbedaan Komponen Cinta Berdasarkan Tingkat Toxic Relationship. Jurnal Psikologi Karakter, 1 (1), 41.
Komentar
Posting Komentar